Sifat-sifat bulan dalam Al-quran.

Disini saya akan menjelaskan sifat-sifat bulan dalam al-quran.
 
 
Bulan memerlukan 29½ hari untuk menamatkan satu peredaran mengelilingi Bumi. Bulan berjalan bersama bumi selama bumi mengedari matahari. Namun sewaktu terbit dan tenggelam gerakannya seolah-olah dari timur ke barat, karena putaran bumi lebih cepat daripada peredaran bulan mengelilingi bumi. Berikut kita kaji sifat-sifat bulan:

Dan siang apabila menampakkannya. Asy Syams : 3
 
Allah bersumpah “Demi bulan” sebanyak tiga kali di dalam Al Qur’an, Yang Maha Kaya dari apa yang disumpahkan, Dia-lah yang menciptakan bulan. Bulan berpungsi menerangi bagian bumi ketika matahari berada dibagian lainnya. Al Qur’an telah mengisyaratkan peristiwa ajaib ini 14 abad yang lalu, sebelum munculnya sains modern. Sebelum mengkaji lebih mendalam symbol Bulan ini, penulis ingin mengetengahkan pendapat-pendapat ahli tafsir :

Pendapat ahli Tafsir tentang ayat ini :
Allah SWT bersumpah “Demi bulan apabila mengiringinya (matahari)”, menurut Ibnu Katsir, mengutif bendapat: Mujahid, “talaha = taba’aha” (mengikutinya), pendapat Ibnu Abbas, “talaha = yatlu annahar” (menggantikan siang), pendapat Qatadah, “talaha = idza talaha lailata al hilali idza saqathat asy syamsu raat al hilala” (apabila mengikuti purnama, jika terbenama matahari muncul purnama), pendapat Ibnu Zaid, “talaha = huwa yatluha fin nishfi al awwali min asy syahri, tsumma hiya tatluhu wa huwa yataqaddamuha fin nishfi al akhiri min asy syahri” (bulan mengikuti matahari pada paruh pertama hitungan bulan, kemudian matahari mengikuti bulan, yaitu mendahuluinya pada paruh terakhir hitungan bulan).

Menurut As Suyuthi (tafsir Jalalain): “talaha = taba’aha thaali’an enda ghurubiha” (muncul ketika matahari terbenam, sinar bulan tidak nampak kecuali setelah terbenam matahari).
Sumpah Allah demi bulan apabila mengikuti matahari: Karena Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur setiap 1/24 jam, maka matahari nampak setiap hari pada bagian timur, dan tersembunyi di bagian barat. Di sisi lain, karena perbedaan peredaran bulan mengelilingi bumi terhadap perputaran bumi mengelilingi matahari sekitar (5 derajat, dan 8 menit), maka peredaran yang nampak bagi matahari dan dan bulan di langit dari titik timur ke titik barat nampak berdekatan.

Di samping peredaran bumi pada porosnya, sesungguhnya bulan bergerak ke arah timur kira-kira 1 derajat/ jam (360 derajat/ 30 hari = 12 derajat setiap 1/24 jam = setengah derajat/ jam). Dan matahari bergerak sekitar 1 derajat/ hari atau setiap 24 jam (360 derajat/ 365.25 hari). Dengan demikian bulan selalu kejaran dengan matahari dan selalu ketemu sekali dalam sebulan, dan lahirlah purnama baru di ufuk barat setelah beberapa saat terbenam matahari. Kita masih akan kembali membahas fase bulan pada pasal berikut (tentang bulan purnama).

Nah, apa rahasia sumpah Allah “Demi bulan apabila mengiringi matahari” ?: 

Fakta sains mengungkapkan bahwa bulan mengelilingi bumi selama (27 hari, 7 jam, 43 menit, 11,6 detik), dipihak lain bumi beredar pada porosnya dan mengelilingi matahari. Maka dengan demikian bulan membutuhkan tambahan waktu sekitar 2 hari lagi untuk kembali keposisinya semula. Hingga hitungan bulan bersama tambahan tersebut (29 hari, 12 jam, 44 menit, 2,9 detik), menurut hitungan normal.

Sedangkan menurut calender lunar, hitungan hari sempurna di mulai pada terbenamnya matahari (ketika hari nampak bulan/ cuaca baik setelah terbenam matahari), jumlah harinya antara 29 atau 30 hari. Oleh karena bulan berputar dari arah barat ke timur, maka waktu terbenamnya terlambat sekitar 40 sampai 50 menit setiap hari (yaitu hari berikutnya), berdasarkan keadaan garis pertikal dan horisontal.



Dan pada hari ke-29 bulan terkadang terbenam mendahului matahari, maka susah melihat bulan. Dan kadang pula terbenamnya setelah terbenam matahari, maka bulan akan nampak di langit sampai terbenam, tentunya berdasarkan keadaan cuaca pada saat terlihat bulan tersebut.

Bulan memiliki beberapa macam peredaran, asli dan fiktif, dapat disimpulkan, sbb:



Peredaran asli bulan:
1. Bulan beredar pada porosnya sekali dalam satu bulan (calender hijriah).
2. Bulan berputar mengelilingi bumi selama 29,5 hari hitungan bumi ( 27,3 hari hitungan bintang).
3. Bulan bersama bumi berputar mengelilingi matahari dengan kecepatan sekitar 30 KM/ detik, selama 12 bulan (satu tahun hitungan matahari).
4. Bulan bersam anggota tata surya beredar pada porosnya di pusat galaksi kita (galaksi bima sakti), selama sekitar 250 juta tahun hitungan bumi.
5. Bulan bersama galaksi bima sakti kita dan kelompok galaksi-galaksi lainnya di angkasa raya berputar pada lintasan raksasa, hingga hari yang akan ditentukan oleh Allah SWT.

Peredaran fiktif:
1. Bulan nampak beredar mengelilingi bumi sekali dalam satu hari, karena peredaran bumi pada porosnya.
2. Bulan beredar pada porosnya sekali dalam satu bulan.
3. Bulan beredar setiap tahun dari satu rasi bintang ke rasi bintang yang lain di langit.

Sungguh Maha Penyayang Allah, kita tidak merasakan kegelapan total dengan terbenamnya matahari dibagian bumi kita, Allah menggatikan kita dengan bulan dan bintang-bintang menerangi kegelapan bumi. Dengan terbenamnya matahari di malam hari, sinarnya masih bisa sampai ke bumi terpantul dari permukaan bulan, yaitu sinar tidak mengandung panas dan dapat menyaksikan cahaya keadaan bulan berdasarkan fasa-fasanya, dari lahir sampai mati.

Berkat kedekatan bulan ke bumi, pengaruhnya dalam menerangi kegelapan malam melebihi bintang-bintang, yang hanya bisa memberikan penerangan dalam skala kecil saja. Maka dengan peranan bulan yang sedemikian besar ini, Allah SWT menyifatkan dalam ayat ke-2 surah Asy Syams, yang sedang kita kaji ini, sebagai «Bulan mengiringi Matahari» pada peredaran masing-masing di sisi bumi. Ini adalah sebuah kenyataan ilmiyah yang tidak dicapai sains modern kecuali setelah 14 abad turunnya Al Qur’an. 
Dan dengan bulan apabila jadi purnama. Al Insyiqaaq : 18

Bulan purnama adalah keadaan di mana Bulan nampak bulat sempurna dari Bumi. Pada saat itu, Bumi terletak hampir segaris di antara Matahari dan Bulan, sehingga seluruh permukaan Bulan yang diterangi Matahari terlihat jelas dari arah Bumi.

Kebalikannya adalah saat bulan mati, yaitu di mana Bulan terletak pada hampir segaris di antara Matahari dan Bumi, sehingga yang 'terlihat' dari Bumi adalah sisi belakang Bulan yang gelap, alias tidak nampak apa-apa.

Di antara kedua waktu itu terdapat keadaan bulan separuh dan bulan sabit, yakni pada saat posisi Bulan terhadap Bumi membentuk sudut tertentu terhadap garis Bumi - Matahari. Pada saat itu, hanya sebagian permukaan Bulan yang disinari Matahari yang terlihat dari Bumi.

Semua informasi diatas penulis sadur dari sumber «Wikipedia Indonesia», kaitannya dengan kajian kita dari ayat ke-18 surah Al Insyiqaq (terbelah), Allah bersumpah “Demi bulan apabila jadi purnama”. Penulis akan selalu mengulangi bahwa setiap kali Allah bersumpah di dalam Al Qur’an atas nama makhluknya, sesungguhnya dalam sumpah tersebut mengandung warning akan adanya sebuah peristiwa besar dari gejala alam yang di sumpahkannya, agar manusia selalu berpikir dan kembali mengingat-Nya.

Fakta ilmiyah mengungkapkan bahwa bulan mempunyai peranan besar terhadap terjadinya berbagai bencana alam di bumi terutama gempa, bahkan gempa sering terjadi pada bulan purnama atau bulan mati. Sungguh Suci Allah dari segela yang disumpahkan.

Sederhananya, gempa, tsunami dan juga letusan gunung berapi merupakan kegiatan yg bersifat “seketika” atau tiba-tiba dan dipicu oleh sebuah “trigger” berupa perubahan kecil. Gunung berapi misalnya mungkin didahului dengan gejala-gejala lain sebelum benar-benar erupsi (meletus), baik erupsi effusive (seperti aktifitas gunung Merapi) maupun eksplosif (meletusnya Pinatubo, atau Krakatau dan Tambora). Namun gempa dan tsunami sangat sulit diprediksi dan keduanya bersifat lebih mendadak ketimbang gunung berapi. Namun semuanya sangat dipengaruhi oleh kondisi grafitasi bumi pada saat itu.

Sudah cukup banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara terjadinya gempa-gempa besar dengan pasang surut (tide). Memang tidak selalu kondisi pasang-surut maksimum menyebabkan terjadinya gempa. hanya saja pada saat bulan purnama atau bulan mati peluang terjadinya gempa sangat besar. Berikut ini beberapa catatan statistik tentang peristiwa-peristiwa bencana alam di tanah air sehubungan dengan bulan purnama dan bulan mati:

1. Gempa Alor (12/11 2004 terjadi menjelang bulan baru (28 Ramadhan 1425).
2. Gempa Nabire (26/11 2004 terjadi menjelang purnama 13 Syawal 1425.
3. Gempa Aceh (26/12 2004 terjadi saat purnama 14 Dzulqaidah 1425.
4. Gempa Simeulue (26/2 2005) terjadi setelah purnama (16 Muharam 1426.
5. Gempa Nias (28/3 2005) setelah purnama (17 Safar 1426).
6. Gempa Mentawai (10/4 2005) terjadi pada bulan baru (1 Rabiul Awal 1426=.
7. Gempa Yogya (27/5 2006) terjadi menjelang bulan baru (29 Rabiuts Tsaniah 1427). (Lihat: ANTARA NEWS: 23/05/2007).

Apa pengaruh bulan terhadap aktifitas bencana alam?
 
Bulan sangat mempengaruhi pasang surut, pasang surut ini tentu saja mempengaruhi gaya gravitasi bumi dan merubah berat benda. Teori terjadinya gempa, misalnya, sering disebut “elastic rebound” atau proses pelentingan. Seperti ketapel bila dilepas maka karet akan melentingkan batu didalamnya. Demikian juga dengan gempa akibat tekanan pergeseran lempeng tektonik yang tertahan maka efeknya seperi karet yang tertahan. Nah, penahan ini sangat dipengaruhi oleh beratnya sendiri, dimana berat benda tentunya tergantung dari grafitasinya. Astronot bias melanyang di angkasa karena grafitasi sangat kecil, sebenarnya grafitasi di bumi juga berfluktuasi sesuai dengan adanya bulan (daya tarik bulan) dan juga tentunya matahari.
LALU, apa maksud peringatan Allah dari sumpah «demi bulan apabila purnama» ini ?

Jaman dahulu setiap bulan purnama sering diadakan upacara khusus diikuti dengan sesajian untuk menolak bala, namun dengan Al Qur’an kita tahu bahwa dengan sesajian-pun tidak akan menolong dari terjadinya gempa. Justru mungkin dengan kewaspadaan dibulan purnama ini yg menjadi hikmah mengapa dibulan purnama manusia harus memberikan perhatian khusus.

Sebagai umat islam, setiap melihat fenomena alam, terutama yang di dahului warning berupa sumpah dari Allah SWT seperti di ayat yang kita bahas ini, yaitu dampak pengaruhnya sangat besar, kita diharuskan waspada dan selalu berpikir tentang kekuasaan Allah. Sesungguhnya pada setiap fenomena terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah.

Kalau kita sudah mengetahui rahasia peringatan Allah yang ada pada sumpah «demi bulan apabila purnama» ini, maka langkah yang harus dilakukan adalah :

• Selalu memikirkan ciptaan Allah (dilangit maupun di bumi) dan mengagumi kekuasaannya, seraya melantunkan firman-Nya : «Tuhan kami Enkau tidak-lah menciptakan hal ini sia-sia, Maha Suci Enkau maka hindarkanlah kami dari api neraka».

• Meneliti dan mengetahui di mana daerah-daerah «matang» (rawang) yang menunjukkan gejala bencana alam, dan mengadakan penanggulangan dini serta tidak merusak lingkungan.

• Memperhatikan kondisi pasang surut.

• Dan tidak perlu takut bahkan fobia terhadap bulan purnama, tapi perlu waspada pada saat bulan purnama seraya mendekatkan diri di sisi Allah.

«Katakan-lah bahwa kita tidak akan ditimpakan (bencana) kecuali hal itu sudah ditentukan oleh Allah».

Tidak ada komentar:

Posting Komentar